This is a story of classical motivation by Sepri Ayu Flow.With tears, from both my eyes and my heart, while remembering that story, i want to dedicated for all of you! Hands that touch me. Dynamic Blinkie Text Generator at TextSpace.netBlinkie Graphics Generator at TextSpace.net @AyuFloww's Update: Cerpen : Malu Bertanya, Sesat di Jalan

Sabtu, 13 Oktober 2012

Cerpen : Malu Bertanya, Sesat di Jalan


Malu Bertanya, Sesat di Jalan
Oleh: Sepri Ayu Flow.

Cuaca sangat terik. Satu gelas air mineral sudah ludes dibabat habis oleh Dion.  Temannya Roni masih asyik mengibas-ngibaskan wajahnya. Peluh sudah kian melelah membasahi.
“Jadi tujuan kita sekarang kemana lagi?”
Dion hanya menggeleng. Panasnya matahari masih terasa keubun-ubunnya. Dion dan Roni, dua sahabat karib itu melepas lelah dibawah sebatang pohon nangka.
“Dion.. Kita ini sudah tersesat!”
Roni mencoba menatap mata sahabatnya itu dalam-dalam. Dion hanya menunduk pasrah dan menggenggam jemarinya kuat-kuat.
“Kita akan temukan kembali jalan pulang!”
Roni hanya menggeleng dan kemudian tidur-tiduran bersandar pada pohon nangka.

Roni dan Dion telah tersesat disebuah Desa. Awalnya mereka merencanakan untuk bermain sepeda bersama mengitari jalanan yang belum pernah mereka kunjungi sebelumnya. Ternyata, karena keasyikan bersepeda dan bergurau-gurau dijalan, mereka sudah sampai pada desa ini. Mereka tak tahu arah mana yang mereka tempuh sebelumnya. Bahkan, sudah mereka coba untuk kembali pulang dengan mengikuti arah jalur yang mereka lewati, karena banyak persimpangan, mereka bingung. Sehingga menetaplah Dion dan Roni dibawah sebatang pohon nangka ditepi sawah penduduk desa.
“Ron.. sepertinya kita harus pergi secepatnya, hari sudah mau sore. Kalau tidak segera kita menemukan jalan pulang, terpaksa kita harus bermalam didesa ini”
“Tapi.. kita sudah coba, tetap saja kita melewati arah yang salah”
“Berdoalah.. Semoga kali ini tidak salah lagi”
Maka berangkatlah Dion dan Roni. Mereka mengayuh sepeda mereka dengan tergesa-gesa. Jalanan masih lengang, hanya beberapa orang yang terlihat disepanjang jalan. Orang tersebut sedang menyiangi sawah mereka yang ditumbuhi oleh gulma.
“Dion.. Kenapa tidak coba kita tanyakan saja pada penduduk desa ini, kemana arah menuju desa kita?”
“Ron.. Itu hanya akan memakan waktu yang cukup lama. Sebentar lagi kita juga akan menemukan jalan pulang. Bersabarlah!”
Dua sahabat itu mengayuh sepeda mereka lebih kencang lagi. Hari sudah semakin sore. Dijalanan tidak mereka temui lagi orang-orang seperti tadi. Sekarang, jalanan sangat lengang, tak ada yang berlalu lalang. Tetap saja, dengan kemauan yang kuat mereka memacu sepeda mereka sehingga sampailah disebuah tikungan. Tikungan itu sangat menanjak. Nafas mereka sudah terengah-engah karena kecapaian.
“Dion.. Sepertinya ini bukan arah jalan pulang! sepertinya kita tak pernah melewati tikungan seperti ini”
“Kita lihat saja dahulu, apa yang ada dibalik tikungan ini”
Mereka terkejut bukan main. Yang terlihat hanya tanah nan hijau. Tak ada rumah-rumah penduduk. Ini jalan menuju kebun teh dan cabai. Nampak kekecewaan dimata mereka. Mereka benar-benar linglung tak tahu apa lagi yang harus diperbuat. Sebentar lagi malam akan datang.
“Bagaimana ini Ron..”
“Ya sudahlah! Kita balik saja ke Desa tadi dan tanya pada penduduk desa dimana desa kita berada! Ini akibatnya, karena malu bertanya sesat dijalan!”
“Ya sudah maaf.. Ayo kita balik lagi. Aku sudah capek mengayuh sepeda sejauh ini. Kakiku sudah pegal-pegal”
“Aku juga merasakan hal demikian Don.. Ayo kita berangkat segera!”
Dengan tenaga yang masih tersisa dikayuhlah sepeda itu. Saat malam akan datang, sampailah mereka berdua di desa yang tadi. Mereka berhenti disebuah warung. Disana berkumpul Bapak-bapak yang sedang meminum kopi. Dengan segera Doni dan Roni memarkir sepeda mereka disamping warung tersebut.
“Assalammualikum, Pak!”
“Waalaikumsalam…”
“Maaf Pak kami ingin bertanya..”
“Eh nak.. Dari mana? Silahkan duduk dahulu”
Roni dan Dion duduk dengan malu-malu disamping kerumunan bapak-bapak itu.
“Kami dari Desa Permai Pak.. Kami tersesat didesa ini”
“Desa permai?? Wah, itu kan jauh sekali!”
“Nah, untuk itu kami ingin menanyakan jalan pulang kepada Bapak-bapak disini..”
“Sebaiknya, kalian menginap dulu disini. Hari sudah malam.. “
“Tapi….”
“Ah, tidak usah cemas! Kalian bisa menginap di rumah Bapak!”
“Benar Pak???”
“Iya….”
Setelah berbincang-bincang cukup lama di warung itu, maka Dion dan Roni bersama Bapak yang baik hati itu berangkat menuju rumah beliau untuk menginap semalam ini. Mereka sangat bersyukur karena bisa mendapatkan bantuan.
Tibalah mereka disebuah rumah kecil yang atapnya terbuat dari daun rumbia.
“Assalammualaikum..”
“Waalaikumsalam…”
Seorang Ibu membuka pintu rumah sambil tersenyum ramah.
“Nah, ayo masuk anak-anak!”
Dion dan Roni masuk kedalam rumah tersebut. Rumah tersebut hanya diterangi lampu bohlam kecil. Namun, cukup untuk penerangan seisi rumah. Bapak yang baik hati itupun mempersilahkan Doni dan Roni terlebih dahulu untuk makan bersama dimeja makan.
“Kalian tentunya lapar.. Ayo makan dahulu!”
“Bapak sangat baik sekali.. Terima kasih Pak!”
Dengan lahapnya Roni dan Dion makan bersama dengan keluarga kecil itu. Setelah kenyang, mereka berdua dipersilahkan tidur disebuah kamar.
“Don.. Syukurlah! Kita bisa bertemu dengan Bapak yang baik hati itu. Besok kita akan diantarkan juga pulang ke desa..”
“Iya Ron... saranmu tadi memang sangat bagus. Sayangnya, aku menghiraukannya..”
“Ah, tak apa-apa.. Ini pembelajaran juga untuk kita. Lain kali, jangan sampai terulang lagi. Kalau tersesat, jangan malu bertanya pada orang lain!”
“Iya Ron.. Betul katamu itu!”
Maka tidurlah dua sahabat itu sangat nyenyaknya.
Keesokan paginya, mereka bangun dengan wajah ceria. Bapak yang baik hati itu telah menunggu mereka dihalaman rumah. Saatnya untuk pulang!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

τнäиκ чöü for чoυя ςomment īη thīs site αnϑ ϑont forgεt to shαre.
\(ˆ▽ˆ)/

How good life is when you do something good and greatful!